Sunday, August 9, 2009

Asal-Usul Dream Theater


DREAM
1. Dream Theater, terdiri dari dua kosa kata, yaitu Dream (Impian) and Theater (Pertunjukan).
Dimulai dari Dream, yaitu impian atau angan-angan, umumnya angan-angan atau impian itu merupakan sesuatu indah atau umumnnya semua orang memiliki impian yang baik bagi dirinya kelak.
Nah, Band ini (Dream Theater) di setiap albumnya selalu memainkan melodi atau rythm yang indah... Band ini tidak hanya mampu memainkan Rock atau Pop atau Akustik atau terpaku pada satu jenis musik saja.
Tapi bila didengarkan lebih detail, dari setiap instrumen musik yang dimainkan baik itu gitar, keyboard, gitar bass, drum dan perkusi, serta vokalnya mampu menampilkan jenis musik yang berbeda.
Baik itu disetiap perubahan nada di dalam satu lirik atau perubahan tema dalam satu judul lagu bahkan di setiap lagu di dalam satu album.
Lebih menarik lagi, pada detail penulisan lagu di dalam satu album dengan album lainnya memiliki keterikatan atau terdapat kata yang diulang.
Misalnya judul album “Octavarium” (2005), terdapat lagu yang berjudul “Ocatavarium”, dan di dalam lagu “Octavarium” terdapat kata “Octavarium”.
Bahkan di dalam satu lagu, terdapat tema penulisan lagu yang berbeda tetapi tetap mempertahankan tema secara keseluruhan lagu tersebut, misalnya pada lagu “Trial of Tears” (album: Falling Into Infinity, 1997) yang terdiri dari beberapa tema yang memisahkan isi lagu, yaitu tema pertama : “It’s Raining”, dilanjutkan dengan tema yang kedua: “Deep In Heaven” yang berisi instrumen dari band ini, dilanjutkan dengan tema ketiga: “The Wasteland”.
Uniknya pada tema terakhir ini, tepat pada kalimat terakhirnya berisi kata: “It’s Raining”, “Deep In Heaven” dan “The Wasteland” yang mana ketiga kalimta tersebut merupakan tema pada lagu ini.
Lebih uniknya lagi, disetiap tema dalam lagu ini ditulis oleh orang yang berbeda yang tidak lain merupakan personil band ini.
Tidak cukup hanya di lagu “Trial of Tears”, bahkan di hampir di setiap lagu dan di setiap album yang diciptakan memiliki karakteristik yang hampir sama.
Bukankah ini “sudah” cukup membuktikan bahwa band ini adalah band yang memiliki karakter yang indah.
Apalagi kalau sudah pernah mendengarkan lagunya, maka keindahan itupun akan semakin indah dengan permainan nada dan kunci di setiap melodi yang terus “maju”.



THEATER
2. Diikuti kata Theater, yaitu pertunjukan. Umumnya sebuah pertunjukan itu menampilkan hal-hal yang membuat orang berkata ”wah”, “wow”, atau dapat disimpulkan pertunjukan mampu membuat orang kagum.
Nah, Dream Theater adalah band yang penuh dengan pertunjukan baik itu dengan hanya mendengarkan suara vokalisnya saja, atau mendengarkan instrumen yang dimainkan, atau bahkan melihat klip atau konsernya.
Secara umum band ini mengusung musik “Progressive Rock”. Artinya band ini memainkan musik yang mengalir dan mengalun jauh ke “depan” angan-angan pendengarnya.
Kembali ke pertunjukan sebenarnya, band ini “mampu” bermain dengan alur “cepat” atau dalam alur “lambat” bahkan bermain di antara keduanya.
Bukti konkretnya:
1. Vokal: Sang vokalis yaitu LaBrie yang termasuk, pada lagu “Hollow Years” (album: Falling Into Infinity, 1997) “hanya” bermain dengan tempo dan nada “rendah”.
Tetapi pada lagu “As I Am” dan “The Dying Soul” (album : Train of Thought, 2003), LaBrie bermain pada tempo yang sangat “cepat". Dan pada lagu “Vacant” di album yang sama, LaBrie bermain dengan “pelan” dan “rendah” dengan hanya diiringi alunan Cello.
Oleh karena itu LaBrie dijuluki “The Canuck”.
2. Gitar: Sang Gitaris yaitu Petrucci yang termasuk “ 3 Dewa Gitar” (bersama Joe Satriani dan Steven Vai) , pada lagu “Hollow Years” versi album rekaman (album : Falling Into Infinity, 1997) “hanya” bermain-main dengan nada “biasa” dan “sedang” bahkan tergolong akustik.
Namun pada album live, lagu “Hollow Years” (album : Live at Budokan, Japan, 2003), Petrucci bermain begitu “garangnya” bahkan terdengar “berlebihan” karena bermain dengan nada dan melodi yang “tinggi” dan “panjang”.
Oleh sebab itu Petrucci dijuluki “The Exaggerator”.
3. Gitar Bass: Sang Bassis yaitu Myung yang termasuk “Jajaran Bassis Terbaik Saat Ini”, pada lagu “New Millenium” versi rekaman (album : Falling Into Infinity, 1997) dan pada lagu yang sama versi live (Live at Budokan, Japan, 2003) memainkan instrumen bass gitar 12 strings, yaitu “Grand Chapman Stick” dimana sangat jarang dan sangat susah bagi seorang musisi untuk memainkannya apalagi menguasainya, selain karena susah harganya pun sangat mahal.
Namun itu tidak berlaku bagi Myung (umumnya seorang pemain gitar bass hanya memainkan gitar bass dengan 4 strings atau 6 strings). Myung juga tergolong orang yang “pendiam” dan “berbicara” hanya dengan “kecepatan” dan “ketepatan” memegang kunci pada gitar bassnya.
Oleh karena itu, Myung dijuluki “The Quiet Thunder”.
4. Keyboard: Sang Keyboardist yaitu, Rudess yang notabene merupakan anggota terbaru (bergabung pada tahun1999) dari Dream Theater, mampu menyesuaikan diri dengan cepat dan bahkan tergolong “ajaib” dia mampu menguasai semua chord atau setiap kunci di setiap lagu. Rudess mampu menyesuaikan melodi yang dimainkan baik itu cepat, pelan, rendah, dan datar. Menyesuaikan melodi dengan setiap petikan kunci gitar, drum, dan mengalun sepanjang lagu.
Bahkan pada setiap lagu yang dibuat sebelum tahun 1999 atau sebelum dia bergabung. Para pendahulunya, yaitu Moore dan Sherinian memiliki karakter bermain yang berbeda. Kalau sebelumnya Dream Theater memiliki pemain keyboard yang suka memainkan nada-nada “aneh” pada diri Sherinian yang dijuluki “The Strange One”, kini pada diri Rudess yang memiliki gaya khas pada saat bermain keyboard serta kejeniusannya untuk tidak mengikuti melodi yang pernah dimainkan oleh Sherinian, maka Rudess dijuluki “The Wizard”.
5. Drum dan Perkusi: Sang Dummer yaitu Portnoy, yang merupakan pendiri Dream Theater bersama-sama dengan Petrucci, dan Myung merupakan “Pemain Drum Modern Saat Ini” mampu bermain selama berjam-jam tanpa lelah. Selain itu Portnoy juga mampu memainkan perkusi. Menariknya lagi, pada lagu-lagu tertentu dan pada album-album tertentu, Portnoy memiliki nama dan susunan drum yang berbeda, seperti “Siamese Monster”, “Awake & Change Of The Seasons”, “Purples Monster” dan terakhir :Transatlantic”.
Karena tampangnya yang “aneh” dan gaya bermainnya yang khas dan “gila”, Portnoy dijuluki “The Madman”.


Lebih dari itu, Dream Theater juga merupakan pertunjukan yang bisa dikatakan kumpulan-kumpulan musisi terbaik dunia, selain dari berbagai “julukan” dan “gelar” yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya, Dream Theater memiliki anggota bukan hanya dari AS saja, tetapi juga dari Korea (Myung, Bass) dan Kanada (LaBrie, Vokalis).


--Detail Singkat Tentang Dream Theater--
--------------------------------------------
- Asal : Boston, Masschussets, USA
- Genre Musik : Progressive Metal/Progressive Rock
- Tahun Aktif : 1985 - Sekarang
- Website Resmi: www.dreamtheater.net
- Anggota :
---1.John Peter Petrucci (Gitar and Vocals)
---2.Michael 'Mike' Stephen Portnoy (Drum, Vocals dan Percussions)
---3.Jon Ro Myung (Bass dan Grand Chapman Stick Bass)
---4.Kevin James LaBrie (Vocal dan Background Vocals)
---5.Jordan Rudess (Keyboard, Continuum dan Lap Steel Guitar)
---6.Derek Sherinian (Keyboard pada 1993 - 1998)
---7.Charlie Dominici (Vocal pada November 1986-1992)
---8.Chris Collins (Vocal pada 1985 - October 1986)
---9.Kevin Moore (Keyboard pada 1985-1994)

- Album:
1. When Dream and Day Unite---------(1989)
2. Images and Words-----------------(1992)
3. Live at The Marquee--------------(1993)
4. Awake----------------------------(1994)
5. A Change of Seasons--------------(1995)
6. Falling Into Infinity------------(1997)
7. Once In A Live Time--------------(1998)
8. Scenes From A Memory-------------(1999)
9. Live Scenes from New York--------(2002)
10. Six Degrees of Inner Turbulences(2002)
11. Train of Thought----------------(2003)
12. Live at Budokan-----------------(2003)
13. Octavarium----------------------(2005)

Asal-Usul J-rocks


J-Rocks adalah band yang berdiri pada tahun 2003 dengan personil Iman (vokal, gitar), Sony (gitar), Wima (bas), dan Anton (drum). Aliran band mereka adalah Japanese pop/rock. Album perdana mereka, Topeng Sahabat dirilis pada tahun 2005 dan mengisi dua lagu di album OST Dealova yaitu “Into the Silent” dan “Serba Salah”. Saat ini mereka dinaungi oleh label Aquarius Musikindo. Pencinta J-Rocks biasa disebut J-Rockstars.
Nama J-rocks sempat menjadi kontroversi di kalangan pecinta musik jepang di indonesia. Nama ini seakan mewakili genre Japanese Rock. Inspirasi nama J-ROCKSTARS adalah dari sebuah stiker bertuliskan ROCKSTAR, dengan harapan suatu saat akan menjadi Rockstar. Dan ditambahkan huruf J di depannya untuk mewakili band itu sendiri dengan alasan J bisa berarti Jepang karena awalnya mereka memainkan J-Music, Jakarta karena mereka berasal dari Jakarta, Jujur dalam bermusik dalam artian memainkan apa yang bener-bener mereka suka dan ingin memainkan musik yang ber-soul (jiwa). Dan akhirnya karena permasalahan pengucapan akhirnya nama J-ROCKSTARS disingkat menjadi J-ROCKS. Nama J-ROCKSTARS sendiri akhirnya menjadi nama fans J-ROCKS.
Awal 2004 JRS (singkatan dari J-ROCKSTARS) mengikuti festival musik Nescafe Get Started 2004 yang disponsori oleh Nescafe, Trans TV dan Aquarius Musikindo. Mereka berhasil menjuarai festival tersebut dan berkesempatan membuat album kompilasi Nescafe Get Started yang merupakan awal bentuk kerjasama mereka dengan Aquarius Musikindo. Dan akhirnya pertengahan 2005 mereka berhasil meluncurkan album perdana nya yang bertajuk “Topeng Sahabat” dengan label Aquarius.
Band ini semakin dikenal sejak munculnya album kedua. Pada lagu berjudul ‘Kau curi lagi’ mereka memperkenalkan gitaris wanita, Prisa. Dan pada lagu ‘Juwita Hati’ mereka membuat video klip di Jepang yang digarap oleh Hedy Suryawan. Selvin,Sato,Boppy pada video klip ini berakting sebagai fans J-Rocks yang mengejar idolanya sampai ke negeri Sakura. Konsep yang menarik membuat video klip ini populer di Indonesia.
J-Rocks mencetak sejarah. Grup musik tanah air itu akan menjadi yang pertama rekaman di Studio Abbey Road, London, Inggris. Kesempatan langka itu merupakan hadiah setelah J-Rocks dinobatkan sebagai pemenang A Mild Live Soundrenaline 2008 “Free Your Voice”.
Kesempatan untuk rekaman di Abbey Road merupakan hadiah atas terpilihnya J-Rocks sebagai “The Best Band who can Free Their Voice” dalam acara A Mild Live Soundrenaline 2008 ‘Free Your Voice’ Agustus lalu. J-Rocks yang terdiri dari Iman (vokal, gitar), Sony (gitar), Wima (bass) dan Anton (drum) berangkat ke London bersama tim manajemen dan sound engineer. Ada tiga lagu yang sudah disiapkan sebelumnya untuk direkam di studio Abbey Road. Yaitu, Falling in Love, Hanya Aku, dan Meraih Mimpi. “Itu adalah lagu-lagu yang sudah dipilih secara bersama dan memang sudah kami persiapkan sejak lama,” kata Anton lewat press release dari pihak A Mild.
J-Rocks pun melakukan proses setup yang butuh waktu tidak sebentar. Begitu semuanya siap, lagu pertama yang mereka rekam adalah Falling in Love.
Di sela-sela waktu istirahat, J-Rocks beberapa kali terlihat bertukar pikiran dengan sang sound engineer kawakan itu. “Ada banyak sekali yang dapat kami pelajari dari Christ. Ia mengajari kami teknik-teknik lain yang tidak kami peroleh selama kami di Jakarta,” kata Wima. Bahkan, menurut Iman, Christ juga membantu mereka menterjemahkan lirik lagu Falling in Love versi Inggris.
Proses rekaman untuk ketiga lagu J-Rocks hanya membutuhkan waktu selama dua hari. Di hari ke-3, Christ melakukan proses final mixing untuk lagu-lagu itu. Sambil menunggu, J-Rocks membuat video clip untuk lagu Falling in Love dan berfoto di zebra cross legendaris Abbey Road dengan mengenakan batik yang sudah mereka persiapkan dari Jakarta.
Bagi J-Rocks, yang didirikan lima tahun lalu, perjalanan menuju Abbey Road Studios diharapkan bisa menjadi pintu gerbang untuk bisa go international. Band beraliran musik pop, klasik, blues, dan rock ini memang banyak dipengaruhi oleh Japanese pop/rock.
Abbey Road Studios didirikan pada November 1931 oleh EMI di London. Sejumlah artis musik tersohor pernah merekam lagu mereka di studio itu, seperti Pink Floyd, Oasis, Green Day, Placido Domingo, dan Spice Girls.